BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Cacing tanah (Lumbricus rubellus) sering disebut “perut bumi” karena
semua mikroorganisme menguntungkan ada di perut cacing tanah. Karenanya, cacing
tanah berperan penting dalam mempercepat proses pelapukan bahan organik sisa.
Dengan kemampuannya memakan bahan organik seberat badannya sendiri setiap 24
jam, cacing tanah mampu mengubah semua bentuk bahan organik menjadi tanah
subur. Kemampuan inilah yang dimanfaatkan petani untuk memperbaiki kesuburan
lahan pertaniannya.
Cacing tanah hidup di sawah, tegalan, pinggiran sungai, timbunan sampah,
atau di tempat pembuangan sisa-sisa makanan dari dapur. Pendeknya, di tempat
yang bahan organiknya tinggi. Saat itu penulis sangat terkesan melihat bahwa di
mana ada cacing tanah, di sana tanahnya subur (gembur dan berwarna gelap),
tanaman tumbuh sehat, hewan pemakan cacing tanah yang hidup di sekitarnya
seperti bebek, tikus, kodok, burung, dan ayam juga terlihat sehat. Bahkan
persentase bertelurnya bebek waktu itu sangat tinggi.Kondisi ini mengalami
perubahan semenjak peralihan sistem pertanian dari tradisional ke konvensional.
Penggunaan bahan kimia sintetis dalam pertanian sejak tahun ‘70-an memulai masa
“pembantaian” cacing tanah. ketika pupuk urea ditebar, cacing tanah
menggelepar-gelepar ke pinggir untuk menyelamatkan diri tetapi tidak sampai di
pinggir sudah mati.
Cacing tanah sangat sensitif
terhadap bahan kimia. Sehingga cacing tanahlah yang paling awal lenyap dari
dalam tanah dan selanjutnya diikuti oleh hilangnya kehidupan lain di dalam
tanah. Dampak buruk pun perlahan-lahan mulai penulis alami. Yang paling terasa
kala itu adalah daya bertelur bebek menurun, terputusnya beberapa rantai
makanan, rusaknya kesuburan tanah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman, perubahan ekosistem, dan terakhir—yang masih terasa hingga kini—adalah
menurunnya kesehatan tanaman, hewan, dan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
- Peran
Cacing dalam Tanah
- Dapat Mempercepat Pelapukan Sisa Sisa Tanaman.
Pelapukan adalah proses pengrusakan atau penghancuran kulit
bumi oleh tenaga eksogen. Pelapukan di setiap daerah berbeda-beda tergantung
unsur-unsur dari daerah tersebut. Misalnya di daerah tropis yang pengaruh suhu
dan air sangat dominan, tebal pelapukan dapat mencapai seratus meter, sedangkan
daerah sub tropis pelapukannya hanya beberapa meter saja.
Penyebabnya adalah proses organisme yaitu binatang
tumbuhan dan manusia, binatang yang dapat melakukan pelapukan antara lain
cacing tanah, serangga. Dibatu-batu karang daerah pantai sering terdapat
lubang-lubang yang dibuat oleh binatang.
Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuh tumbuhan ini dapat
bersifat mekanik atau kimiawi. Pengaruh sifat mekanik yaitu berkembangnya akar
tumbuh-tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak tanah disekitarnya. Pengaruh
zat kimiawi yaitu berupa zat asam yang dikeluarkan oleh akar- akar serat
makanan menghisap garam makanan. Zat asam ini merusak batuan sehingga
garam-garaman mudah diserap oleh akar.
Manusia juga berperan dalam pelapukan melalui aktifitas penebangan pohon,
pembangunan maupun penambangan.
- Kotoran cacing dapat meningkatkan kesuburan tanah
atau kadar NPK pada tanah yang di huninya.
Cacing tanah ternyata bisa menjadi bahan baku untuk
pembuatan pupuk kompos (kascing). Karena pupuk kompos yang dihasilkan dari
Lumbricus Rubellus ini memiliki unsur-sunur hara yang dibutuhkan tanaman,
diantaranya yaitu:
Kotoran yang dikeluarkan oleh cacing tanah banyak
mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman seperti nitrogen, fosfor,
mineral, dan vitamin. Karena mengandung unsur hara yang lengkap, apalagi nilai
C/N nya kurang dari 20 maka kotoran cacing yang biasa disebut casting dapat
digunakan sebagai pupuk.
Lahan pertanian yang mengandung cacing tanah pada umumnya
akan lebih subur karena tanah yang bercampur dengan kotoran cacing tanah sudah
siap untuk diserap oleh akar tanaman. Cacing tanah yang ada di dalam tanah
akan mencampurkan bahan organik pasir ataupun bahan antara lapisan atas dan
bawah. Aktivitas ini juga menyebabkan bahan organik akan tercampur lebih
merata.
Pada tahun 1941 hasil penelitian T.C. Puh menyatakan,
bahwa karena aktivitas cacing tanah, maka N, P, K tersedia dan bahan organik
dalam tanah dapat meningkat. Unsur-unsur tersebut merupakan unsur pokok bagi
tanaman.
Tahun 1949 Stockli dalam penelitiannya menjelaskan,
bahwa humus dan mikroflora kotoran cacing tanah lebih tinggi dari tanah
aslinya. Demikian juga percobaan pada tanah-tanah gundul bekas tambang di Ohio
(Amerika Serikat) menunjukan, bahwa cacing tanah dapat meningkatkan kadar K
tersedia 19% dan P tersedia 165%.
Tahun 1979, Wollny juga menyatakan bahwa cacing tanah
mempengaruhi kesuburan dan produktivitas tanah. Dengan adanya cacing tanah,
kesuburan dan produkvitas tanah akan meningkat. Selain itu cacing tanah juga
dapat meningkatkan daya serap air permukaan. Liang cacing tanah yang ditinggal
dalam tanah berfungsi memperbaiki aerasi dan drainase. Keduanya
sangat penting dalam pembentukan tanah. Cacing tanah juga membantu pengangkutan
sejumlah lapisan tanah dari bahan organik. Lapisan bawah permukaan dan
mencampurkan tanah dari bahan organik dengan bahan organik.
- Memperbaiki
Struktur Tanah
Cacing tanah juga dapat memperbaiki dan mempertahankan
struktur tanah. Lubang-lubang cacing dan humus secara langsung menjadikan tanah
gembur. Cacing ini memakan oarganisme hidup yang ada di dalam tanah dengan
cara menggali tanah.Kemampuannya yang dapat menggali bermanfaat dalam
menggemburkan tanah. lorong lorong yang
dibuatnya dalam tanah ( terutama pada lapisan top soil ) memungkinkan masuknya
udara sehat ke dalam tanah dan terdesaknya kelebihan zat CO2 ke luar dalam
tanah
Cacing tanah adalah nama yang umum digunakan untuk
kelompok Oligochaeta, yang kelas dan subkelasnya tergantung dari penemunya
dalam filum Annelida. Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah karena tidak
mempunyai tulang belakang (invertebrata). Cacing tanah termasuk kelas
Oligochaeta. Famili terpenting dari kelas ini Megascilicidae dan Lumbricidae
Cacing tanah bukanlah hewan yang asing bagi masyarakat kita, terutama bagi
masyarakat pedesaan.
B.
Morfologi Cacing Tanah
Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh
pipih. Jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak
pada segmen 27-32. Biasanya jenis ini kalah bersaing dengan jenis
yang lain sehingga tubuhnya lebih kecil. Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya
bisa menyamai atau melebihi jenis lain.
Cacing tanah jenis Pheretima segmennya mencapai 95-150
segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk
gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Cacing
tanah yang termasuk jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan
cacing kalung.
C.
Aktivitas
antimikroba
Cacing tanah merupakan makhluk yang telah hidup dengan
bantuan sistem pertahanan mereka sejak fase awal evolusi, oleh sebab itu mereka
selalu dapat menghadapi invasi mikroorganisme patogen di lingkungan mereka.
Penelitian yang telah berlangsung selama sekitar 50 tahun menunjukkan
bahwa cacing tanah memiliki kekebalan humoral dan selular mekanisme. Selain
itu telah ditemukan bahwa cairan selom cacing tanah mengandung lebih dari 40
protein dan pameran beberapa aktivitas biologis sebagai berikut: cytolytic,
proteolitik, antimikroba, hemolitik, hemagglutinating, tumorolytic, dan
kegiatan mitogenic.
Cairan dari selom foetida Eisenia Andrei telah diteliti
memiliki sebuah aktivitas antimikroba terhadap Aeromonas hydrophila dan
Bacillus megaterium yang dikenal sebagai patogen cacing tanah. Setelah itu
diperoleh dua protein, bernama Fetidins, dari cairan selom cacing tanah dan
menegaskan bahwa aktivitas antibakteri ini disebabkan karena fetidins.
Lumbricus rubellus juga memiliki dua agen antibakteri bernama Lumbricin 1 dan
Lumbricin 2. Baru-baru ini, dua jenis faktor antibakteri yang mempunyai
aktivitas seperti lisozim dengan aktivitas hemolitik serta pengenalan pola
protein bernama selom cytolytic faktor (CCF) telah diidentifikasi dalam foetida
Eisenia cacing tanah. Lysenin protein yang berbeda dan Eisenia
foetida lysenin-seperti protein memiliki beberapa kegiatan yang diberikan
cytolytic hemolitik, antibakteri dan membran-permeabilizing properti.
Protein yang dimiliki oleh cacing tanah memiliki
mekanisme antimikroba yang berbeda dengan mekanisme antibiotik. Antibiotik
membunuh mikrorganisme tanpa merusak jaringan tubuh. Antibiotik membunuh
mikroganisme biasanya dengan dua cara, yaitu dengan menghentikan jalur
metabolik yang dapat menghasilkan nutrient yang dibutuhkan oleh mikroorganisme
atau menghambat enzim spesifik yang dibutuhkan untuk mmbantu menyusun dinding
sel bakteri. Sedangkan, mekanisme yang dilakukan oleh protein yang dimiliki
oleh cacing tanah adalah dengan membuat pori di dinding sel bakteri. Hal
ini menyebakan sitoplasma sel bakteri menjadi terpapar dengan lingkungan luar
yang dapat mengganggu aktivitas dalam sel bakteri dan menyebabkan kematian.
Dengan cara ini, bakteri menjadi lebih susah untuk menjadi resisten karena yang
dirusak adalah struktur sel milik bakteri itu sendiri.
Cacing tanah ternyata tak hanya
dimanfaatkan sebagai sebagai produk kosmetik saja, bahkan di negara Asia dan
Afrika, cacing tanah yang telah dibersihkan dan dibelah kemudian dijemur hingga
kering, mereka menjadikannya sebagai makanan obat (healing foods).
Biasanya mereka membuatnya dengan cara disangrai atau digoreng kering, dan
disantap sebagai keripik cacing. Hal ini diperkirakan dapat membantu menekan
angka kematian akibat diare di negara-negara miskin Asia-Afrika.
Ada dua jenis spesies
cacing tanah yang terbukti berkhasiat, yaitu Lumbricus Rubellus (dikenal dengan
cacing eropa atau introduksi) dan Pheretima Aspergillum (dikenal dengan nama
cacing kalung atau dilong).
Menurut beberapa
penelitian para ahli bahwa cacing tanah mengandung kadar protein yang sangat
tinggi, yaitu sekitar 76%, lebih tinggi dibandingkan dengan kadar protein yang
terdapat pada daging mamalia (65%), ikan (50%) dan kacang kedelai yang hanya
(45%). Cacing tanah juga mengandung 15 jenis asam amino esensial dengan kadar
yang sangat tinggi. Zat ini biasa digunakan untuk menyempitkan atau melebarkan
pembuluh darah. Penelitian lainnya menyebutkan, cacing tanah mengandung mineral
dan sejumlah asam anorganik. Selain itu, binatang ini juga mengandung lumbrofebrin,
lumbritin, terre strolumbrolysin, xanthine, adenine dan hypoxabthine.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari makalah ini adalah ;
Ä Cacing
dapat mempercepat proses pelapukan sisa tanaman
Ä Kotoran
cacing dapat meningkatkan kesuburan tanah
Ä Cacing
dapat memperbaiki sturuktur tanah
B. Saran
Adapun
saran yang penulis harapkan dari selesainya makalah ini adalah ;
Ä Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan isi
makalah ini
Ä Dapat
menambah pengetahuan dan menjadi suatu bahan pembelajaran .
DAFTAR PUSTAKA
Perancacingdalamtanah.http://google.com/wikipedia/.27Juni 2012